Friday, July 24, 2009

should we forget those things?

Ada pertanyaan besar yang melanda pikiran ku baru-baru ini, sebenarnya, aku ga terlalu mau ambil pusing tentang hal ini, mengingat internship ku yang udah bikin pusing. *but my internship is really fun, i admitted.

Pertanyaan besar itu adalah haruskah Kita melupakan hal-hal yang pernah menjadi impian, kesukaan, atau bahkan kebiasaan kita ketika ada hal baru yang datang ke kehidupan kita dan kita merasa hal baru itu lebih penting. Kepanjangan kali ya, tapi gimana yaa.. aku jadi bingung juga ngejelasinnya.. Intinya gini deh, saat ada yang perubahan besar dalam hidup kita.. seperti misalnya kita baru jadi orang kaya, kita baru pacaran atau tunangan, kita baru naik jabatan yang levelnya tinggi, kita baru punya temen yang kehidupan sosialnya beda sama kehidupan sosial kita sebelumnya.....yah semacam hal seperti itulah.

Aku sama sekali tidak mempermasalahkan perubahan ya. Karena perubahan itu akan selalu ada, perubahan itu alami, kita tidak hidup kalau tidak berubah. Hanya saja, terkadang perubahan itu juga mengenai satu elemen dalam otak kita, yaitu ingatan. Mungkin, perubahan itu bisa membuat orang melupakan seperti apa dirinya dahulu, yang paling aku ga pernah bisa ngerti adalah kenapa orang-orang yang berubah itu juga harus melupakan mimpinya, melupakan passion nya dalam hidup yang tadinya 'in a good way', melupakan bahwa dia adalah orang yang baik hati yang selalu care sama temannya, oops mulai curhat.

"Disaat kamu menemukan atau mengalami hal yang belum pernah kamu alami sebelumnya, dan itu membuat hati kamu tertarik, kamu seketika akan melupakan hal-hal yang ada di otak kamu. Perlahan-lahan otak kamu hanya berisi hal baru yang menarik, sementara hal-hal yang lain akan menjadi masa lalu kamu. Entah gimana ngejelasinnya, tapi kamu ga akan bisa melawan itu. Melawan perubahan diri kamu sendiri. Percaya deh. "
Itu kata seseorang yang berubah, yang melupakan impian dan passion nya dalam hidup karena perubahan dalam kondisi & situasi dalam hidupnya. Aku gak mau. Aku gak mau banget itu terjadi sama aku. Engggaakkk.

Masalahnya, masa lalu, yang dia lupakan bukan hal yang buruk. Bukan hal yang memalukan, atau yang tak pantas dikenang. Bukan. Malah sebaliknya, hal itu adalah hal yang baik. Impian mu. Kau bisa bayangkan kan? Kau melupakan impian mu, secara sadar. Kau kehilangan 'passion' itu secara sadar juga. Kau merasa bahwa hal itu sudah tidak lagi menjadi penting, padahal tadinya impianmu itulah hidupmu.
Enggak, aku ga bisa mentolerir itu di otakku. Aku ga bisa menerima pernyataan atau teori itu. Sama sekali.

Oke, coba aku gambarkan dari satu contoh kasus, misalnya ada seorang Gadis yang tadinya suka menulis buku dan semenjak dia pacaran dengan seorang pemuda, hanya pemuda itulah yang ada di pikiran dia. Menulis yang tadinya itu adalah hidupnya perlahan kehilangan aroma memikatnya lagi buat si Gadis. Si Gadis hanya mementingkan pemuda dan hanya menginginkan nya dalam hidupnya. Kemana perginya hasrat Gadis dalam menulis buku? Entahlah. Dan apa jawaban dia saat kutanya?
Itu, petikan kalimat di paragraf sebelum ini.

Aku ga pernah bisa menerima, aku ga pernah bisa mengerti. Apakah memang perempuan sebagai kodratnya tidak bisa mewujudkan mimpinya. Apakah memang perempuan tidak ditakdirkan untuk mengubah dunia? mungkin pikiran ini terlalu sempit, tapi aku yakin seorang Kartini mempunyai pikiran yang berbeda dari perempuan kebanyakan. Yang segera melupakan impiannya saat ada hal baru datang dalam hidupnya, padahal impian nya semula bisa berefek pada kehidupan orang banyak nantinya. Namun, perempuan biasa lebih berfokus pada kehidupannya sendiri-sendiri, melupakan impian besarnya seiring dengan perubahan kondisinya.

Atau misalnya contoh kasus lain, ada seorang Pemuda yang tadinya adalah pemuda biasa saja, dengan kerendahan hatinya ia mau berteman dengan siapa saja. Satu saat, hidup nya berubah, ia memiliki suatu garis tangan bahwa ia akan masuk ke satu lingkungan jet set. Satu lingkungan yang berisi socialite, orang orang kaya raya. Dengan masuk ke lingkungan ini, maka pemuda melupakan kerendahan hatinya untuk mau berteman dengan siapa saja, ia mulai memilih siapa yang layak dekati siapa yang ia harus jauhi. Kemana perginya kerendahan hati si pemuda, kalau ku tanya dia hanya menjawab "Setiap orang pasti berubah, inilah hidupku, dan aku merasa lebih bahagia seperti ini. Aku merasa dihargai dan aku merasa senang."

Haruskah perubahan itu membuat kita melupakan siapa kita dahulu? Padahal apa yang kita lupakan itu sesuatu yang baik. Lain halnya jika kita mantan preman pasar, yang insaf menjadi pedagang jujur. Bahkan kurasa kalau kasusnya seperti ini, si orang itu meskipun telah menjadi pedagang jujur, tak akan pernah bisa melupakan kejahatan-kejahatan yang dulu dia lakukan sebagai preman. Tapi kenapa, justru jika hal baik mudah dilupakan??

Atau memang itu semua misteri Tuhan. Semua ada pada garis tangan kita masing-masing? Tapi menurutku, untuk melupakan itu pilihan. Untuk berusaha, itu pilihan. Ini pertanyaan besar dalam kepalaku.
Mengapa orang-orang tersebut memilih itu?

Apakah nanti, jika aku sendiri yang mengalami perubahan dalam hidupku, akan melupakan mimpiku? Padahal menurutku mimpiku ini baik. Apakah aku akan melupakan kebaikan dan keinginanku untuk selalu baik pada setiap orang. Untuk selalu tulus dan jujur sama mereka. Untuk membuat orang-orang yang kusayangi bahagia. Apakah aku harus melupakan itu semua nanti?

2 comments:

iraa said...

hihiihihi sebenernya post ini bukan untuk siapa2. dan tidak membicarakan siapa2. walaupun gw akuin ini terinspirasi dari beberapa orang.

gw seneng kalo lo setuju sama gw.
karena nad, banyak yg ga setuju sama pemikiran gw

haha like it too :)

angga chen said...

tidak semua perubahan seperti itu kawan memang ada suatu waktu dimana status dan lingkungan membuat seseorang berkonsentrasi pada keadaannya saat itu tetapi tidak semudah itu juga seseorang itu melupakan masa lalunya, sedangkan perubahan karakteer dan kepribadian bisa berubah tergantung dari individu itu...nice story ..thanks ya