Wednesday, September 29, 2010

Grown Ups

Sebuah film Adam Sandler tentang pertemanan klub basket masa kecilnya yang "tereunikan" akibat kematian coach mereka, membawaku ke sebuah mesin waktu, lantas menerbangkanku ke dalam dimensi mungkin sekitar 1o-15 tahun lagi.

Ada dimana aku nanti, ada dimana teman-temanku nanti? Apakah kita akan bisa mengobrol dengan perasaan yang sama seperti saat ini? Apakah kita nanti masih akan saling peduli dan saling memperhatikan satu sama lain? Apakah nanti kita akan berubah - itu lah intinya.

Hari-hari menjelang wisuda, bukannya membuatku menantikannya, tapi justu ingin melambatkannya. Menatap apa yang ada di depanku saat ini, harta yang sangat berharga untukku, teman-temanku, sahabat-sahabatku. Aku tak ingin kehilangan mereka. Tetapi aku tau, akan ada saat dimana kami semua mengakui atau tidak, akan saling tidak memperdulikan satu sama lain dan mengurusi kebutuhan diri kita sendiri saja. Mungkin karna lingkungan baru, mungkin karna pacar atau kehidupan rumah tangga yang baru, mungkin karna pekerjaan baru, mungkin karna memang kita ingin berhenti berbagi saja dengan mereka.

Aku tidak ingin hal itu terjadi, aku tidak ingin kehilangan teman-temanku itu. Tapi bagaimana caranya? Sekeras apapun kita berusaha, ada suara kecil di hatiku yang bilang bahwa nanti tidak akan pernah sama lagi. Meskipun kita tetap saling bertukar kabar lewat ym, sms, facebook, twitter, atau apapun. Tapi kehidupan kita akan sangat berbeda. Pekerjaan menanti, karir yang harus dikejar, JARAK yang terbentang seakan jauh, MACET nya jalanan yang membuat seolah-olah kita tidak berada dalam satu kota.. sibuk, tidak sempat, ada urusan lain, ada urusan keluarga, huwaaa aku membayangkan, pasti akan ada berjuta-juta alasan untuk tidak lagi berbagi.

Prilla pernah bilang, "kita nanti harus kayak di film satc ya.. pertemanan kita selamanya.."
itu adalah cita-cita yang sangat indah. aku juga ingin kita semua seperti itu. Aku punya beberapa teman dari beberapa lingkaran pertemanan, dan aku tidak ingin kehilangan mereka semua, aku ingin apabila mereka melihatku mereka akan berpikir 'hey itu temanku!'. Apakah mungkin? Kuharap itu bisa terjadi.

Menjadi dewasa adalah suatu proses, buatku menjadi dewasa bukan berarti tidak berteman lagi, bukan berarti berhenti hang out dan bercerita konyol dengan sahabat lagi, bukan berarti kita berhenti menjadi apa adanya, bukan berarti berhenti berbagi dengan sahabat-sahabat kita. Menjadi dewasa memberikan kita kesempatan untuk bisa mengelola keluarga, pekerjaan, dan pertemanan di bawah hubungan dengan Tuhan kita. Tidak ada yang perlu dikorbankan, tidak ada yang perlu dikurangi, semua punya porsi yang seimbang, dan jika kita bisa mengelola itu semua dengan baik, itulah menjadi dewasa.

Kuharap, tidak hanya aku yang berpikir seperti ini, tapi juga teman-temanku semuanya. Karena aku sayang mereka, dan tidak mau kehilangan mereka :(

2 comments:

Anonymous said...

hey, kamu temenku!

.
.
.

5 tahun kemudian:

hey kamu (tetep) temenku!

:)

iraa said...

amiiin nadiaaa :)